Paundra Noorbaskoro dengan laptopnya di kolam tambak udang vaname (foto: regional.espos.id)
Paundra Noorbaskoro dengan latar belakang keluarga PNS, hidup di lingkungan pesisir Pacitan Jawa Timur. Sejak masih duduk di bangku SMA, ia telah akrab dengan kehidupan petani tambak udang yang berada di sekitarnya.
Ia banyak memperhatikan hasil panen petani tambak udang vaname yang tak menentu hasilnya. Terkadang hasil panen yang melimpah ruah tetapi tidak jarang juga sering kali mengalami gagal panen.
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) bagi petani tambak udang Jawa Timur merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi menggantikan dominasi udang windu (Paneus monodon). Walau pun budi daya udang vaname sejak tahun 2001 telah menjadi primadona tetapi perjalanannya tidak semulus harapan para petani udang karena sering mengalami kendala teknis dan non teknis yang berujung gagal panen.

Setelah menamatkan bangku sekolah, tahun 2010 Paundra melanjutkan kuliah ke Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan di Universitas Brawijaya Malang. Ia bertekad untuk tidak tinggal diam dengan bergerak melakukan riset agar dapat meningkatkan produksi udang vaname juga menurunkan potensi gagal panen.
Gagal Membangun Startup Budi Daya Udang
Tahun 2018 bersama tiga rekannya, Paudra membangun startup budi daya udang berbasis aplikasi. Perjalanan wirausahanya sering kali menghadapi kendala dan penuh lika liku. Kegagalan lebih sering menghampiri dari pada keberhasilan.
Tak bertahan lama, usahanya di tahun 2020 harus berhenti operasi karena kendala yang juga umum dihadapi para petani tambak udang. Yang tak lain dan tak bukan adalah Early Mortality Syndrome (EMS) atau hepatopankreas dan tantangan dalam menjaga kualitas air tambak.
Riset dengan Memanfaatkan Teknologi untuk Budi Daya Udang Ramah Lingkungan
Tidak berlama-lama berkubang dalam kesedihan, Paundra mengumpulkan motivasi dan semangat. Ia menjadikan pengalaman pahit tersebut sebagai pelajaran. Ia mulai melakukan riset untuk memulai kembali usaha budi daya udang vaname. Ia banyak belajar dari jurnal-jurnal serta menonton video tutorial di Youtube bagaimana mengatasi masalah penyakit udang vaname seperti EMS.
Bermodal dengan mengambil tabungan keluarga, ia memulai usahanya dengan kolam-kolam berdiameter 3 meter dan menebar bibit udang vaname ke dalam kolam tersebut. Setiap hari ia memantau perkembangan udang-udang dan meneliti akan kemungkinan penyakit yang akan muncul. Selama tiga tahun melakukan penelitian, kegagalan masih menemaninya.
Riset awalnya masih berfokus pada EMS atau penyakit yang menyerang pankreas udang. Setelah mempelajari banyak hal penyebab penyakit EMS, Paundra mulai membuat racikan pakan untuk udang vaname. Percobaan pertama untuk udang yang terkena EMS diberi racikan pakan sesuai komposisi tetapi masih gagal. Hingga percobaan ketiga mulai membuahkan hasil karena ia telah menemukan komposisi yang tepat untuk mengatasi penyakit pada udang vaname. Racikan pakan ini ia patenkan dan ia jadikan SOP saat digunakan di tambak.

Hal berikutnya yang sering menjadi permasalahan pada udang vaname adalah kondisi air. Ia mengumpulkan beberapa air tambak yang menyebabkan kematian pada udang vaname dan mulai menelitinya. Proses riset yang dilakukannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Pengalaman yang sering dikenangnya ketika ia menyebar 300.000 benih di tahun 2021 dengan harapan akan mendapatkan panen besar. Nyatanya yang ia dapatkan hanya panen sebanyak 80 kilogram, jauh dari ekspektasinya yang bila berhasil akan mendapat sekitar 6 hingga 7 ton udang. “Saat itu saya rugi sekitar Rp 150 juta,” kenangnya.
Tetapi Paundra tidak putus asa, ia tetap bangkit dan terus melakukan riset tanpa henti mengingat nasib petani tambak udang yang hidup tanpa kepastian. Ia tidak hanya menemukan racikan pakan tetapi juga meneliti kualitas air yang sesuai standar untuk hidup udang vaname.
Menurutnya, untuk kedalaman kolam yang disiapkan antara 100 – 120 cm. Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan seperti pH, nitrat, H2S, oksigen terlarut (DO), salinitas, transparansi air dan lainnya. Semua unsur ini ada perhitungannya dan harus seimbang. Jika ada salah satu unsur yang tidak sesuai standar maka akan berpengaruh terhadap kondisi budi daya udang. “Misalnya, unsur pH air yang sehat itu dengan pH antara 7 sampai 8 sehingga udang bisa hidup sehat. Tetapi kalau sampai di bawah itu, maka kondisi air tidak sehat. Nah, itu harus dilakukan treatment supaya pH bisa normal lagi,” ujar Paundra.
Penerapan IoT
Permasalahan budi daya udang vaname yang dihadapi mulai berhasil diselesaikan dengan penelitian-penelitian yang kemudian diterapkan ke dalam konsep Internet of Things (IoT) di tahun 2022. Melalui gadget, Paundra membuat aplikasi yang terhubung dengan data kondisi air kolam tambak. Semua data bisa dipantau dengan detail di aplikasi. Contoh, bila kualitas air menurun bisa segera diketahui dan langsung dilakukan tindakan.

“Kualitas air untuk budi daya udang vaname itu sangat penting. Kalau kualitas air menurun tentu saja bisa berdampak langsung untuk kesehatan udang, sehingga harus cepat ditangani,” ujarnya.
Dengan aplikasi ini, perkembangan dan kesehatan udang dapat dipantau. Selain itu berat udang juga bisa diketahui tanpa harus memanennya. Pada saat proses pembenihan, jumlah benur yang disebar bisa diketahui berapa jumlah pakan yang akan diberikan.
Dengan sistem berbasis IoT, data akurat yang diperoleh setiap hari, dapat memprogram jadwal panen udang. Tidak hanya itu saja, sistem IoT ini dapat memprediksi berapa total udang yang akan dipanen sebelum masa panen tiba. Budi daya udang vaname dengan menggunakan sistem IoT bisa menghemat dalam operasional karena semua pakan dan hasil dapat dihitung di aplikasi.
Selama tahun 2022 saat melakukan tiga kali siklus tebar, rata-rata hasil panen per kolam mulai 1,7 – 2,0 ton per kolam. Dari hasil itu, Paundra memperoleh keuntungan bersih Rp 50 juta per kolam.
Tambak Ramah Lingkungan
Tidak hanya membangun budi daya udang melalui sains dan teknologi, Paundra juga membangun tambak ramah lingkungan. Ia membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan system smart farm village. Semua kolam udang yang dibangun terintegrasi dengan sistem IPAL. Fungsinya untuk mengontrol kandungan limbah agar tidak mencemari air laut.
Bila tiba panen udang, seluruh air kolam tidak dibuang ke laut karena dapat mencemari laut. Tetapi dikuras dan ditampung di IPAL yang diendapkan selama tiga hari dengan pemberian bakteri pengurai hingga kandungan amonianya di bawah 0,1 ppm.
Menurut Paundra, penelolaan air limbah ini penting karena nantinya air laut akan menjadi air baku untuk tambak udang. Kalau air baku rusak tercemari, maka budi daya udang akan berdampak.
Raih SATU Indonesia AWARDS
Atas inovasi budi daya udang vaname dengan penerapan IoT, Paundra banyak mendapat penghargaan. Salah satunya yaitu SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards dari Astra Internasional di tahun 2022 di tingkat nasional untuk bidang teknologi. Mewakili provinsi Jawa Tmur, Paundra terpilih untuk pemanfaatan teknologi membudidayakan udang vaname yang ramah lingkungan sejak tahun 2018.
PT Astra Internasional Tbk memberi apresiasi kepada generasi muda baik individu mau pun kelompok, yang melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan dan teknologi.
Penutup
Berawal dari kepedulian Paundra melihat kehidupan petani tambak udang yang tak menentu karena sering mengalami gagal panen, ia sekarang bisa membantu kehidupan petani dengan panen yang melimpah. Dengan basis teknologi sistem IoT dan budi daya udang yang ramah lingkungan, para petani tambak udang sekarang sudah bisa tidur dengan nyenyak.
Dari tambak sederhana di Pantai Pidakan, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Paundra Noorbaskoro merupakan contoh nyata dari hal kecil membawa perubahan besar.
#SatukanGerakTerusBerdampak
#KitaSATUIndonesia
#APA2025-PLM
referensi:
- www.regional.espos.id
- www.eko.co.id
